Pengaruh Pemikiran Filsafat Terhadap Pola Kehidupan Masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kenyataan
adanya kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi di satu
pihak yang memberi kemudahan kepada umat manusia untuk menjalani kehidupannya.
Menurut Abbas Hamami dan Koento Wibisono, pada saat pembangunan
sedang digalakkan dengan dukungan ilmu pengengetahuan Filsafat
sebagai Perisai untuk mewujudkan suatu masyarakat yang ideal, yakni masyarakat
yang damai, sejahtera, adil dan makmur, baik materi maupun spritual, maka di
saat itu pula berbagai masalah mendasar atau fundamental muncul yang harus
dihadapi oleh umat manusia dalam hidup dan kehidupannya sebagai pengaruh
negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tadi.
Ada
yang memandang filsafat sebagai sumber segala kebenaran yang mengharapkan dari
filsafat kebahagiaan hakiki dan jawaban atas segala pertanyaan-pertanyaan. Akan
tetapi ada pula yang menganggap bahwa filsafat tidak lain dari pada “Obrolan
Belaka”, ”Omong Kosong” yang sama sekali tak ada artinya bagi kehidupan
sehari-hari. Yang meragukan banyak orang ialah banyaknya pendapat-pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli, pendapat-pendapat dan aliran-aliran yang sering
banyak bertentangan satu sama lain. Inilah sebabnya pengantar filsafat yang
melulu melalui “Historis” itu biasanya menimbulkan banyak salah paham dan
mengecewakan. Dari urian diatas jelaslah bahwa betapa besar kepentingan
filasafat bagi perwujudan dan pembangunan hidup kita dan harus kita akui
tentang terbatasnya kemampuanan budi manusia dalam usahanya untuk memecahkan
soal-soal tentang “Ada”, tentang manusia dan dunia ,tentang hidup dan Tuhan.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui kegunaan dan tujuan
filsafat, khususnya secara praktis.
B. Rumusan masalah
1.
Peran filsafat
dalam mempengaruhi pola pikir dan pola hidup manusia dewasa ini?
2.
Bagaimana pengaruh negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
terhadap pola pikir manusia?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
peran filsafat dalam mempengaruhi pola pikir dan pola hidup manusia dewasa ini
2.
Untuk
mengetahui pengaruh negatif perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap pola pikir manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengetahuan Dan Teknologi Dewasa Ini
Manusia memiliki karakter pribadi
masing-masing yang telah dibawa sejak lahir. Setiap manusia memiliki keunikan
pribadi yang berbeda yang tidak sama sekalipun anak tersebut terlahir dalam
kondisi kembar atau dari sel telur yang sama. Talenta dan potensi lain juga
dimiliki setiap anak sejak ia lahir. Dan tentunya mereka berkeinginan untuk mengaktualisasikan
dirinya atau dengan kata lain mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Interaksi dengan
manusia lain ini sering kali terjadi tanpa disadari oleh manusia itu sendiri.
Interaksi inilah yang membangun sebuah kelompok masyarakat. Masyarakat yang
berinteraksi membutuhkan proses yang panjang untuk dapat menjadi masyarakat
yang solid antar anggota masyarakatnya. Interaksi sosial yang terjadi merupakan
hubungan yang dinamis yang terus bergerak mengikuti alur atau proses interaksi
tersebut.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat dimanfaatkan oleh manusia secara
positif-konstruktif maupun secara negatif-destruktif tergantung kepada moral
dan mental manusia yang berperan sebagai pencipta, pengembang, dan penggunanya.
ilmu pengetahuan dan teknologi selalu terkait dengan pemilik dan pemakainya
yakni manusia yang seringkali tidak mampu untuk mengendalikan nafsu serakahnya
sendiri dalam artian moral. Manusia dalam kehidupannya sangat tergantung dan
berhutang budi kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.[1]
Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban
manusia yang berkembang dari peradaban sederhana menuju ke peradaban yang
sangat maju dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berkat kemajuan pada kedua bidang inilah, maka manusia menjadi sangat
dimudahkan dalam menjalankan kehidupannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah
membantu manusia untuk memenuhi segala kebutuhannya secara lebih cepat dan
lebih mudah.
Umat manusia, misalnya, dimudahkan karena ditemukannya
alat-alat kedokteran yang canggih sehingga penyakit kita lebih mudah dideteksi
dan usia harapan hidup menjadi semakin panjang, alat-alat transportasi yang
lebih cepat dan aman, alat-alat komunikasi yang begitu sophisticated yang
membuat dunia terasa semakin sempit. Manusia juga dimudahkan untuk memanfaatkan
segala sumber daya alam untuk mencapai kesejahteraan
hidupnya.
B.
Peran Filsafat terhadap pola pikir dan pola hidup
manusia
Irmayanti M Budianto
pernah mencatat beberapa peran filsafat, baik
dalam kehidupan maupun dalam bidang keilmuan:
1)
Pertama,
filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan berwawasan luas
terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia diharapkan mampu untuk
memecahkan masalah-masalah tersebut dengan cara mengidentifikasinya agar jawaban-jawaban
dapat diperoleh dengan mudah.
2)
Kedua, berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan
seseorang secara lebih kreatif atas dasar pandangan hidup dan atau ide-ide yang
muncul karena keinginannya.
3)
Ketiga, Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang
dalam menghadapi permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
kehidupan lainnya (interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama, dan
lain-lain) secara lebih rasional, lebih arif, dan tidak terjebak dalam
fanatisme yang berlebihan.
4)
Keempat,
terutama bagi para ilmuwan ataupun para mahasiswa dibutuhkan kemampuan untuk
menganalisis, analisis kritis secara komprehensif dan sistematis atas berbagai
permasalahan ilmiah yang dituangkan di dalam suatu riset, penelitian, ataupun
kajian ilmiah lainnya. Dalam era globalisasi, ketika berbagai kajian lintas
ilmu pengetahuan atau multidisiplin melanda dalam kegiatan ilmiah, diperlukan
adanya suatu wadah, yaitu sikap kritis dalam menghadapi kemajemukan berpikir
dari berbagai ilmu pengetahuan berikut para ilmuannya.
Peranan Filsafat
a.
Pendobrak
Berabad-abad lamanya
intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam
penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan hal-hal
serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite. Manusia menerima
begitu saja segala penuturan dongeng dan tahayul tanpa mempersoalnya lebih
lanjut. Orang beranggapan bahwa karena segala dongeng dan tahayul merupakan
bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang, sedang tradisi itu benar
dan tidak dapat diganggu gugat. Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan
tembok tradisi yang begitu sakral dan selama itu tidak boleh diganggu gugat.[2]
b.
Pembebas
Filsafat bukan sekedar
mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos
dan mite itu, melainkan juga merenggut manusia keluar dari dalam penjara itu.
Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian
pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan
mitis.[3]
c.
Pembimbing
Filsafat membebaskan
manusia dari cara berpikir yang mistis dan mitis dengan membimbing manusia
untuk berpikir secara rasional. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir
yang picik dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berpikir secara luas dan
lebih mendalam, yakni berpikir secara universal sambil berupaya mencapai radix
dan menemukan esensi suatu permasalahan. [4]
Dalam pandangan Hamami
dan Wibisono (1986: 126-27), filsafat melalui metode-metode pemikirannya tidak
akan dapat langsung mempersembahkan programe-programe kebijakan yang manfaatnya
dapat dinikmati secara praktis dan konkret sebagaimana halnya dengan ekonomi,
teknik dan ilmu-ilmu terapan yang lainnya. Segi kelemahan filsafat, dalam arti sifat
dan coraknya yang abstrak dengan lemparan analisis-analisis kritisnya yang
sering tidak tersentuh oleh mereka yang telah terbiasa untuk berpikir secara
praktis, merupakan salah satu sebab mengapa para ahli filsafat terisolir dan
jarang diajak untuk berpartisipasi dalam penentuan strategi pembangunan, apalagi
dalam pelaksanaan programme-programme kegiatan yang sudah bersifat teknis
operasional.
Padahal keabstrakan
dengan spekulasi-spekulasinya yang paling dalam justru membawa filsafat kepada
kekuatan radikalnya. Dengan berpikir secara abstrak spekulatif dan mengambil
jarak dari penggumulan masalah-masalah teknis praktis, filsafat justru
dapat melihat sesuatu permasalahan dari semua dimensi, sehingga hal-hal yang
belum tersentuh oleh ilmu-ilmu lain dapat pula dijadikan titik perhatiannya.
Perasaan absurditas muncul karena manusia mencari pemahaman yang lengkap
mengenai suatu dunia yang tidak dapat dipahami, pikiran manusia merindukan
kebenaran universal, sementara dunia hanya menunjukkan kebenaran yang
terpenggal, manusia mencari kejernihan sementara dunia masih saja misteri.[5]
Peranan filsafat adalah menunjukkan adanya
perspektif yang lebih dalam dan luas, sehingga kehadirannya akan disertai
dengan berbagai alternatif penyelesaian untuk ditawarkan mana yang paling
sesuai dengan perubahan waktu dan keadaan.[6]
Apabila kita berbicara mengenai peran filsafat dalam menghadapi
dekadensi moral, Filsafat mungkin hanya dapat menjelaskan sebab-sebab munculnya
dekadensi moral, menjelaskan cara-cara mengatasi sebab-sebab tersebut, menerangkan
cara-cara penanganan dekadensi moral. Sementara pelaksanaannya sendiri sangat
tergantung kepada manusianya sendiri. Manusia ada
pada awalnya sebagai benda, tetapi kemudian menjadi manusia sejati ketika
manusia secara bebas memilih moralitas yang diinginkanya.[7]
C. Pengaruh Negatif Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu
pengetahuan sering kali melupakan faktor manusianya, di mana bukan lagi
teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia,
namun juga justru sebaliknya dimana manusialah akhirnya yang harus menyesuaikan
diri dengan teknologi. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai sarana yang
memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia melainkan dia berada untuk tujuan
eksistensinya sendiri. Sesuatu yang terkadang harus dibayar mahal oleh manusia
yang kehilangan sebagian arti dari kemanusiaannya. Manusia sering dihadapkan
dengan situasi yang tidak bersifat manusiawi, terpenjara dalam kisi-kisi
teknologi yang merampas kemanusiaan dan kebahagiaannya.
Padahal ilmu
pengetahuan dan teknologi sebenarnya bertujuan untuk mempermudah manusia dalam
menjalani kehidupannya, namun kelihatannya yang terjadi malah berbeda. Manusia
kesulitan untuk meletakkan ilmu pengetahuan dan teknologi pada jalur tujuannya
dengan benar.Manusia kelihatan bukan lagi pemilik dan pengguna ilmu pengetahuan
dan teknologi, tapi hamba dari keduanya. Dewasa ini, ilmu pengetahuan bahkan
telah berada diambang kemajuan yang mampu untuk mempengaruhi reproduksi dan
penciptaan manusia itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Peranan
filsafat adalah untuk mengajak manusia bersikap arif dan berwawasan luas
terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia diharapkan mampu untuk
memecahkan masalah-masalah. Berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan
seseorang secara lebih kreatif atas dasar pandangan hidup dan atau ide-ide yang
muncul karena keinginannya. Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang
dalam menghadapi permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
kehidupan lainnya (interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama, dan
lain-lain) secara lebih rasional, lebih arif, dan tidak terjebak dalam
fanatisme yang berlebihan.
2.
Pengaruh
negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap pola pikir
manusia Manusia sering dihadapkan dengan situasi yang tidak bersifat manusiawi,
terpenjara dalam kisi-kisi teknologi, yang merampas kemanusiaan dan
kebahagiaannya. Manusia kesulitan untuk meletakkan ilmu pengetahuan dan
teknologi pada jalur tujuannya dengan benar. Manusia kelihatan bukan lagi pemilik
dan pengguna ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi hamba dari keduanya. Dewasa
ini, ilmu pengetahuan bahkan telah berada diambang kemajuan yang mampu untuk
mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri.
B. SARAN
Makalah ini sebaiknya di pelajari dan dipahami agar
kiata mengetahui peran filsafat dalam kaitanya dengan pola pikir dan pola hidup
pada zaman globalisasi dan kita senantiasa dapat memanfaatkan peran dari
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini. Dalam
makalah ini diakui belum sempurna. Oleh karenaya kritik dan saran kami haturkan
agar makalah ini dapat lebih baik dan kami dapat menevaluasi dalam ranah
perbaikan.
Daftar Pustaka
Hamami, Abbas dan Koento Wibisono.( 1986). “Peran Filsafat dalam Wawasan Lingkungan” dalam Tugas Filsafat dalam Perkembangan Budaya. Slamet Sutrisno
(ed.). Yogyakarta: Liberty.
Jalil, Mat.(2015).Filsafat Umum.
Yogyakarta: IDEA Press Yogyakarta.
Surajiyo.(2010). Filsafat Ilmu dan
Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
[1]Abbas Hamami dan Koento Wibisono.
1986. “Peran Filsafat dalam Wawasan Lingkungan” dalam Tugas Filsafat dalam
Perkembangan Budaya. Slamet Sutrisno (ed.). Yogyakarta: Liberty.halm. 123-124
[2]Surajiyo,
Filsafat Ilmu& Perkembangannya di Indonesia, Cet.5 (Jakarta: Bumi
Aksara,2010), hlm. 17.
[3]Ibid,
hlm. 18
[4]Ibid, hlm
18
[5] Mat
Jalil.2015.FILSAFAT UMUM.cet.1.Yogyakarta: IDEA Press Yogyakarta. Hlm.135.
[6]Abbas Hamami dan Koento Wibisono.
1986. “Peran Filsafat dalam Wawasan Lingkungan” dalam Tugas Filsafat dalam
Perkembangan Budaya. Slamet Sutrisno (ed.). Yogyakarta: Liberty.halm. 127.
[7] Mat
Jalil, Op.Cit., hlm.134.
Komentar
Posting Komentar